Bagaimana awal mula Anda mengenal LVE?

Saya mengenal LVE pertama kali di tahun 2008. Awalnya berupa informasi atau cerita dari Koordinator Nasional LVE Indonesia waktu itu, yaitu Mbak Taka Gani. Namun setelah mendapat kesempatan mengikuti Educator Workshop di tahun yang sama, barulah saya mulai memahami apa itu LVE dan keunikan pendekatannya. Utamanya bagaimana LVE menciptakan ruang yang sangat luas dan aman bagi tiap individu untuk menggali nilai-nilai pribadinya dan menemukan cara untuk mempraktekannya sebagai sebuah keterampilan hidup.

Sejak kapan Anda menjadi Trainer?

Saya menjadi trainer sejak tahun 2009. Waktu itu Train the Trainer (TTT) diadakan di Yogyakarta.

Mengapa Anda mau berkomitmen menjadi Trainer LVE?

Pertama-tama tentunya karena saya merasakan manfaat LVE untuk diri sendiri. LVE memberi pondasi yang kuat akan kesadaran dan cara-cara untuk mengenali nilai-nilai saya, apa yang saya butuhkan agar nilai tersebut bisa bertumbuh dan bagaimana saya dapat mempraktekkan nilai-nilai tersebut agar mewujudkan konkrit dan bermanfaat tidak hanya bagi diri saya, tapi juga orang lain. Saya rasa baik menjadi trainer LVE atau tidak, hal itu sudah menjadi panggilan. Sehingga komitmen di sini bukan suatu ikatan, tapi pilihan cara saya menjalani hidup, yaitu dengan pijakan dan berbagi nilai-nilai tersebut.

Apa kesibukan Anda akhir-akhir ini?

Saya adalah fasilitator remaja di Yayasan Kampung Halaman. Kegiatan utamanya adalah mendesain dan memfasilitasi aktivitas penguatan kapasitas untuk berpikir kritis, mengenali diri dan potensinya, untuk kemudian berpartisipasi aktif di lingkungannya. Di sini pendekatan LVE (walau tidak secara langsung disebutkan) atau yang berbasis menggali nilai/potensi diri sangatlah penting. Dan ternyata menjadi kebutuhan penting bagi proses remaja dalam fase pengembangan dan pencarian jati dirinya.

Apa harapan Anda untuk LVE Indonesia?

Agar LVE Indonesia dapat terus menemani para trainer dalam mengeksplorasi bagaimana agar pendekatan ini terus relevan dan tidak outdated dalam merespon perkembangan zaman. Ini tentu cukup menantang karena berarti baik LVE maupun para trainer nya harus terbuka untuk terus belajar. Namun juga tetap menjadi kompas agar ruh LVE dapat terus jadi pegangan dan jangkar bagi trainernya